Hari itu seperti biasa
aku dan adik ku pergi ke sekolah dengan menggunakan motor, aku duduk didepan
sebagai pengendaranya dan adiku di belakang sebagai penumpang. aku duduk di
kelas 12 sedangkan adik ku duduk di kelas 11, memang tidak terlalu jauh perbedaan
umur kita, maka dari itu terkadang kita
seperti sepasang teman yang selalu bersama, kemanapun bersama.
Karena hari ini adalah
hari ketiga UTS , maka kita berangkat agak siang, waktu itu seperti biasanya
kita melewati jalan yang sama, sudah hamper tiga tahun aku selalu melewati
jalan ini, sudah tahu dimana letak polisi tidur,rentetan rumah disekitar
jalan, bahkan mungkin letak jalan bolong
pun aku sudah hapal betul, karena saking seringnya aku pulang pergi melewati
jalan ini.
Di sepanjang jalan yang
aku lewati, ada satu rumah yang paling ku hapal peiliknya, yaah rumah itu
adalah rumah guru ku, mereka adalah epasang suami istri yang mengajar
disekolah, suaminya alias pak enang tatang, dia adalah guru seni rupa kelas
1sedangkan istrinya ibu inin dia adalah guru bahasa sunda kelas 1 juga, mereka
satu-satunya pasang suami istri yang mengajar di sekolah ku, karena itu mereka
selalu menjadi patokan aku kesiangan apa tidak, Karena kalo aku berpapasan
dengan mereka di depan rumahnya berarti aku tidak kesiangan, tetapi kalau pintu
gerbang rumah mereka sudah tertutup dan mereka sudah pergi menggunakan motor
duluan, maka alamat telatlah buatku.
Dan hari itu nampaknya
aku masih sedikit lega, karena aku melihat dari jauh pak enang tatang baru akan pergi menggunakan
motor nya, tanpa ditemani sang istri yang memang sedang mengandung 7 bulan,
yang katanya sedang cuti hamil, setelah pak enang tatang pergi lumayan agak
jauh, aku menyusulnya dengan tidak lupa menyapa ibu inin yang masih berada
diluar rumahnya setelah mengantar suaminya berangkat ke sekolah, seperti biasa
aku mengklakson dia dan tersenyum lebar sambil menyapa
“ ibuu selamat pagi…” kata ku agak keras, tapi tak seperti biasanya
dia tidak menjawab sapaan ku dan malah
melihatku seperti heran, bingung bahkan dia hanya melihatku tanpa reaksi
apapun.
masih tergambar jelas,
wajah ibu inin yang aku lihat untuk yang terakhir kalinya, dengan tatapan
kosong penuh makna dia melihat ku sangat dalam, tanpa membalas senyuman ku
sedikitpun, aku heran tidak seperti biasanya dia melihatku seperti itu, akupun berlalu sampai
sesekali melihat ke belakang kaca spion, dan nampaknya dia masih melihat ku
sampai jauh dan sangat jauh.
sepanjang perjalanan
aku dihantui rasa penasaran,” kenapa ibu inin tidak membalas senyumanku? mengapa
dia menatapku seperti itu? apa salahku? apa aku ketahuan nyontek? atau mungkin
tadi dia tidak sadar bahwa aku mengklaksn dia? atau mungkin dia marah karena
klaksonku tadi terlalu berisik?” tapi semua pertanyaanku itu memang tak
terjawab, aku mencoba menenangkan pikiranku dan bertanya pada adik ku yang ada
dibelakang kemudi,
“ ay tadi ibu inin kok
gak kayak biasanya, biasanya kan kalo dia ketemu kita suka nyapa atau enggak
dadahdadah, tapi tadi boro-boro, malah liatin kita aja tanpa ekspresi yak an..” kata ku heran
“eh iya ya sama, kirain
aku aja yang bingung sendiri, emh atau mungkin namanya orang lagi hamil kan
suka nggak control segalanya, kadang bisa baik banget kadang juga bisa marah
atau sedih tiba-tiba” katanya sambil berfikir
“ oh iya sih bisa jadi
“ jawab ku singkat. aku mencoba mengiyakan jawaban adik ku itu, setidaknya
jawaban itu bisa sedikit menenagkan hatiku tanpa aku harus berfikir dia sedang
marah atau yang lainnya.
karena hari ini uts,
jadi pulang sekolah pun agak cepat. sekitar pukul 12.30 aku sudah berada di
parkiran, tapi aku tak bisa pulang begitu saja, aku masih harus menunggu adik
ku yang masih mengejakan soal uts, karena dia masih ada 1 jadwal uts lagi untuk
hari ini. ditempat parkiran aku dan teman-temanku duduk sambil sesekali
membahas soal uts matematika tadi. dan tiba-tiba seorang pria tinggi berbadan
kurus lewat dihadapan kita dia berkata
“ kalian belum pada
pulang” katanya sambil melemparkan
senyum khasnya
“ eh bapa, belum pak
sebentar lagi heheh” jawab kami kompak
“ yaudah bapak duluan
yaa” dengan wajah yang ramah dan penuh
kehangatan dia berlalu pergi meninggalkan kami,
dia adalah bapak enang tatang, guru yang satu
ini memang sangat baik dan selalu Nampak
akrab dengan semua orang, tiba-tiba aku teringat sesuatu, pak enang tatang
adalah suami dari ibu inin, aku melihat dia tadi masih sama, masih tetap ramah,
lalu mengapa tadi pagi ibu inin tidak ramah seperti biasanya padaku? ketika aku
sedang berfikir tiba-tiba isan temanku membuyarkan lamunanku
“woy jangan ngelamun” katanya
sambil menepuk punggungku
“heh apaan si loh,
siapa yang ngelamun” jawab ku kesal karena dia mengaggetkan ku
“ sit hari ini kita
jadi fitness Kan?” kata ihsan temanku sambil memakai helm
“okeh jadi san, tapi
gue pulang dulu san, gue lupa gak bawa baju hehe”
“ heeh kebiasaan, awas
jangan lama ya, kalo lama gue tinggal “
“ oke siaap,
sekarang gue balik dulu, ngambil baju ,
terus capcus deh..”
“ yaudah nanti gue sms
lo, gue tunggu di tempat biasa “ jawabnya sambil pergi meninggalkan ku dan
melaju dengan motor gedenya
sekitar pukul 13.30 aku pulang, karena adik ku sudah
menyelesaikan semua jadwal uts nya hari ini. dengan melewati jalan yang sama
aku kembali bertemu dengan rumah ibu inin, rumah itu Nampak sepi, semua jendela
Nampak tertutup rapat, sepertinya penghuni rumah itu sedang tidak berada di
tempat . aku berfikir mungkin ibu inin sedang menikmati cutinya, mungki dia
ingin sejenak menghilang dari dunia kerjanya selama ini.
sekitar pukul 14.00 aku
sudah berada di rumah, aku merebahkan badan ku dikasur, terasa nyaman dan
sejuk, karena udara diluar sangat panas. aku melihat pesan di hp ku, ternyata
dari ihsan “ sit jam 15.00 udah harus ada di tempat biasa, kalo enggak gue
tinggal” lalu aku membalas sms nya “ oke siip”
Dengan perasaan yang
masih capek akupun membereskan baju ganti lalu memasukan nya kedalam tas, aku
sengaja memakai baju olahraga ku langsung dari rumah, agar nanti ketika di
tempat fitnee aku tidak ribet memakai disana. setelah baju, air minum, dan
handuk aku masukan ke dalam tas, akupun bergegas pergi dan berpamitan kepada
ibuku
“ maah, aku fitness
dulu yaa” jawabku sambil memakai sepatu
“ mau kemana lagi sih,
kan baru juga nyampe , kok udah pergi lagi sih?” jawab ibuku sedikit marah
“ yah kan sekarang
jadwal fitness mah, udah gak enak nih badan, liat tuh lemaknya banyak banget
hehee” jawabku membela diri
“ kamu kan lagi uts,
libur dulu sehari bisa kan, nanti kalo udah beres baru fitness lagi” jawab
ibuku
“ yah mamah…” belum
sempat aku melanjutkan pembelaan ku tiba-tiba suara hp ku bergetar tanda ada
yang menelpon disana, tanpa fikir panjang aku segera mengangkat telpon itu
“ halo san, ya bentar gue berangkat sekarang,
baru juga jam 14. 30 ah sabaaar yaa” kataku panjang lebar
“ halo sit, ini gue
ninis bukan si ihsan” katanya sewot
“ eh ninis hehe sorry
gue kira si ihsan, habisnya dia bawel ng.sms terus hehe”
“ yaudahlah gak
penting, eh sit tau gak katanya ibu inin meninggal “ deg, perasaanku jadi tidak
enak”
“ apa nis? ibu inin
mana? jangan ngarang lo, pamali ngatain orang meninggal” jawabku sewot, aku
semakin tidak enak hati
“ ih serius beneran
gue, tadi si tera ng.sms katanya ibu inin meninggal tadi jam 14.00 di rumah
sakit”
terdengar suara nisa
disebrang sana bergetar dan sangat syok, dan aku kira kali ini nisa gak bohong
“ emang tera tau dari
mana? gue tadi pagi liat ibu inin masih sehat aja kok, gak sakit atau apa,”
“ si tera kan rumahnya deket bu inin, dia tau
dari mamahnya ibu inin jatuh dari kamar mandi, mendingan sekarang lo cek
kesana, rumah lo kan lumayan deket sma rumah bu inin, terus lo nanti kabarin
gue ya” kata nisa panjang lebar
` “
oke-oke kalo gitu gue kesana sekarang, nanti gue kabarin lo lagi” kataku sambil
menutup telepon nisa,
waktu itu aku
benar-benar kacaw, perasaan ku bemar-benar terombang ambing antar percaya atau
tidak. tapi tadi pagi aku masih melihat dia sehat walafiat dan sekarang aku
mendapat kabar bahwa dia sudah meninggal.
“ telpon dari siapa
nti? kok kamu jadi sedih gitu?” kata ibuku
“ telpon dari ninis
mah, katanya ibu inin meninggal dunia, padahal tadi pagi aku masih liat dia
sehat-sehat aja kok”
“ inalillahi .. yang
rumahnya di rancamaya itu?”
“ iya mah, makanya aku
mau kesana sekarang mau mastiin kabar itu bener atau cumin gossip orang iseng”
“ yaudah hati-hati,
kalo kabarnya gak bener cepet pulang yaa, jangan langsung fitness”
“iya mah”
“ the ibu inin katanya
meninggal?” kata adik ku tak percaya, yang sedari tadi ternyata mendengar
percakapan ku dengan ninis
“ iya katanya sih, teteh juga gak tau, makanya
sekarang mau mastiin kesana, mau ikut gak?”
“ ya udah liat aja dulu
kesana, nanti kalo bener aku nyusul, aku
masih ngerjain lks buat besok. tapi semoga aja sih nggak bener”
“ yaudah mah aku
berangkat ya, assalamualaikum” jawabku sambil pergi meninggalkan mamah
“ yah, hati-hati jangan
ngebut” kata mamah ku sambil harap-harap cemas
di sepanjang perjalan menuju rumah ibu inin, perasaan ku
semakin tidak karuan, hatiku kacaw antara percaya atau tidak, tapi mana mungkin
tera bohong, apalagi menyangkut sesuatu yang sangat serius seperti kematian. tapi semoga saja dia salah dan awas
saja kalo ternyata memang salah, aku akan melabrak dia nanti kataku dalam hati.
aku semakin
mengencangkan laju motorku, aku ingin cepat sampai disana dan memastikan bahwa
kabar itu bohong, serasa rumah ibu inin sangat jauh sekali, padahal setiap hari aku melewati rumahnya
mungkin waktu itu aku perasaanku sedang tak terkendali, jadi semua serba salah.
akhirnya aku tiba di
dekat rumah ibu inin, alangkah terkejutnya aku ketika melihat gembok pisang di
depan rumahnya dan sebuah bendera kuning berkibar pilu di sampingnya, terlihat
banyak orang lalulalang keluar masuk rumah itu,
aku pun syok, lunglai,bingung,sedih dan semua bercampur menjadi satu.
aku memarkirkan motorku di samping rumahnya. seakan masih belum percaya aku
bertanya pada salah seorang warga disana.
“ pak itu ada yang
meninggal siapa ya?” tanyaku penasaran
“ oh itu ibu inin neng,
yang lagi mengandung. kenapa neng muridnya?”
“
innalillahiwainnailahi rojiun… iya saya muridnya pak” dengan air mata yang tak
tertahan aku duduk di bawah motor ku dengan sangat lemas dan lemas sekali
“ yang sabar ya neng,
tadi meninggalnya sekitar jam 14.00 di rumah sakit. katanya sih dia jatuh dari
toilet sekitar jam 12.30 pas mau wudhu sholat dzuhur, terus dia pendarahan, karena di rumahnya tidak ada
siapa-siapa, dan anak-anaknya masih di sekolah jadi gak ada yang tau kalo dia
pingsang di kamar mandi. dan baru ketahuan sekitar jam 13.00 sama anaknya yang
laki-laki, terus anaknya bilang sama istri saya,langsung saja istri saya nelpon
ambulans sama nelpon pak enang yg
masih di sekolah terus ibu dibawa ke rumah sakit, dan akhirnya
meninggal di perjalanan ke rumah sakit” jawabnya panjang lebar dengan kata-kata
yang masih terisak
“ terus
bayi yang ada di kandungannya,apakah selamat?” tanyaku mencoba
menegarkan hati
“ tidak neng, anak dan
ibunya tidak bisa diselamatkan, keduanya meniggal dunia” jawabnya pilu
aku mencoba menegarkan
perasaan ku sendiri, dengan tenaga yang masih ku miliki aku mencoba bangun dan
masuk ke dalam rumah itu dengan di temani bapa tadi.
aku menatap orang yang
terbujur kaku dihadapan ku itu, dengan wajah yang bercahaya, dan senyum manis
di bibirnya aku sedikit lega, dalam hatiku aku berkata “ Alhamdulillah dia
sudah tenang disana” disebelah jenazah itu Nampak dua orang anak laki-laki dan
perempuan yang masih kecil yang terus saja menangis memanggil ibunya, dan
berharap dia akan bangun kembali, disebelah mereka seorang suami sekaligus ayah
mencoba menenangkan mereka berdua, dengan sesekali memeluk nya dengan hangat,
terlihat jelas kesedihan diwajahnya, tapi dia berusaha tegar dihadapan
anak-anak nya. pak enang tatang yang selalu terlihat ceria kini seketika
menjadi diam yang diselimuti duka mendalam atas kepergian orang yang sangat
dicintainya itu.
“ maah mamah bangun
maah, mamah jangan ninggalin kita berdua maah, nanti siapa yang mengurus kita
kalo kalau bukan mamah, kenapa mamah ninggalin kita cepet banget, amamh kan
belum liat hasil ulangan aku maah” tangisan seorang anak perempuan yang masih
sangat kecil, dia merengek terus di samping jenazah ibunya yang terbujur kaku,
yang sedari tadi tak bereaksi apapun.
“ mamah maafin aku
maah, mamah bangun yaah, jangan ninggalin aku mah, aku janji aku gak bakalan
nakal lagi, bakalan rajin ngaji ke madrasah, tapi mamah bangun ya maaah, ya
allah biarin mamah hidup lebih lama lagi ya allah” sang anak lelaki juga tak kalah tangisnya,
anak lelaki yang masih berumur sekitar 8 tahun itu terus menangis sambil
sesekali berdoa meminta kepada allah agar ibunya kembali hidup.
tetapi, kembali pak
enang mencoba menenangkan anak-anaknya, memluk mereka dan mengusap air mata
kedua anak kecil yang masih polo situ, melihat pak enang yang sangat tegar,
akupun mencoba iklhlas dan tabah, aku mulai menghentikan tangisku dan mendekat
disebelah kiri jenazah itu, aku berdoa “ ya allah yang maha pengasih dan
penyayang, aku titipkan dia , ibu inin guruku, pahlawanku, hambamu yang mulia, yang telah berjihad mempertahankan
anak yang kau titipkan kepadanya, semoga dia saah satu orang yang beruntung
karena dia meninggal dengan khusnul khotimmah, tempatkan lah dia di tempat yang
paling mulia disisimu, dan diasemoga engkau senantiasa mengampuni segala dosa yang dia lakukan
selama hidupnya amien” aku berbisisk dengan sesekali mengusap air mataku yang
tak henti mengalir.
tiba-tiba hp ku bunyi,
dan aku segera pergi keluar. ternyata itu adalah sms dr ninis, akupun segera
member tahu dia dan teman-teman yang lainnya bahwa ibu inin telah meninggal
dunia. seketika itu juga berhamburan sms dan telpon yang masuk menanyakan kronologi dan kebenaran berita
itu.
ketika aku sedang
berbicara dengan salah seorang guruku di telpon, ada seorang perempuan
mendekatiku, aku tau dia tapi sedikit lupa, akupun membalas senyuman nya.
“ the siti…” dia
menyapaku duluan
“ eh hey hehe, siapa ya
lupa” tanyaku
“ aku mega teth, yang
sering seangkot sama teteh, aku anak 11 garut juga” jawabnya ramah
“ oh iya inget, kamu
udah disini dari kapan? kamu tau dari mana?” tanyaku penasaran
“ iya the aku dikasih
tau mamah, kebetulan ibu ini sodara mamah juga, jadi pas tau ibu meninggal kita
langsung kesini, teth sendiri tau dari siapa?”
“ aku tadi dikasih tau temen, awalnya gak percaya, terus aku dating langsung kesini buat mastiin semua” jawabku lirih
“ aku tadi dikasih tau temen, awalnya gak percaya, terus aku dating langsung kesini buat mastiin semua” jawabku lirih
“iya the ya, gak
nyangka aku juga, padahal waktu hari sabtu kemarin ibu masih ngajar dikelas
aku, terus yang aku inget dia bilang
“yang masih punya utang buku lks cepet bayar,
udah mau uts, lagian tukang bukunya udah
nagih, nanti kalo ibu udah meninggal siapa yang mau bayar ke si tukang bukunya,
kasian dong ibu nanti meninggal tapi punya hutang, yang namanya umurkan siapa
yang tau “ katanya dengan nada yang semakin melemah
“ kata ibu inin ke
kita, kayak udah firasat aja ya the. makanya aku gak nyangka banget pas dikasih
tau, ibu juga orang nya baik banget ya teh” katanay menjelaskan
“ oiya kayak firasat
aja yah, teteh juga gak nyangka banget, padahal tadi pagi jam 07.30 teteh masih liat dia segar bugar, masih
cantik kayak biasa, disini ditempat ini.
cumin yang teteh jadi bingung tadi pagi itu ibu kok kayak yang beda
gitu, gak kayak biasanya liatin teteh sampai ujung sana, pokoknya beda deh. ya
semoga aja ini yang terbaik ya, semoga keluarganya tabah”
“ aku kasihan banget
sama pak enang sama anaknya, mereka kayak kehilangan banget, apalagi anaknya
kan pada masih kecil, nanti siapa yang ngurus mereka ya..”
“ kamu gak usah
khawatir, ada allah, allah yang bakal ngurus anak yatim. dan insyaallah ibu
juga meninggalnya dalam keadaan baik, dia jihad sebagai ibu yang meninggal
karena mengandung anaknya, jadi dia udah
tenang dialam sana” jawabku yang mencoba menegarkan diri sendiri.
semakin sore, semakin
banyak orang datang yang melayat ke rumah. Nampak beberapa orang guru yang juga
teman almarhum. karena sudah semakin sore dan pelayat semakin banyak, akhirnya
jenazah di bawa ke mesjid sekitar rumah untuk disolatkan bersama. dan ternyata
pelayat semakin berdatangan, tidak hanya guru-guru, tetapi hamper semua murid
dan teman-temanku datang untuk melayat, terlihat wajah yang sedih dan tak
percaya dari meeka.
aku yang memakai setelah
olahraga yang paling mencolok, tadinya aku akan pulang dulu, tapi teman-temanku
melarangku dan tetap disana sampai nanti jenazah dimakamkan, dan rencananya
jenazah akan dimakamakn setelah orang tua dan keluarga almarhum datang dari
depok.
hari pun berubah
menjadi malam dan orang yang melayat masih tetap berdatangan, setelah lama
berdiam di dekat jenazah almarhum, akhirnya bapak enang menghampiri kami para
murid dan guru-guru yang lainnya. dia mengucapkan permohonan maaf atas segala
dosa dan kesalahan yang pernah dilakukan almarhum, dia juga mengucapkan
terimakasih kepada semua yang telah melayat untuk mendoakan almarhum dan dia
juga menceritakan kronologi meninggalnya almarhum dan terakhir dia menceritakan
firasat nya tadi pagi “ sebenarnya tidak ada firasat apapun, semua baik-baik
saja dan berlangsung seperti biasnya, tapi tadi pagi ketika sarapan, ibu hanya
mengatakan bahwa dia bermimpi anak yang sedang di kandungnya berjenis kelamin
laki-laki” katanya sambil sesekali
terisak.
karena hari sudah malam,
dan mamahku sudah menyuruhku untuk pulang akhirnya akupun pulang. tetapi
jenazah masih belum dikebumikan karena masih menunggu keluarga yang masih ada
dalam perjalanan.
ketika di jalan aku
melihat kuburan untuk bu inin, disana aku berfifkir
“kalo biasanya ketika masih hidup, kita tidur enak dikasur, pake selimut, ada
orangtua ada lampu yang menerangi kita. tapi ketika kita sudah mati nanti kita
akan tidur sendiri,dibawah tanah yang sempit, dengan papan yang menghimpit
tubuh kita, begitu gelap dan dingin”
ketika ajal telah
datang menyerang, nyawa dicabut tubuhpun meregang maka janji allah telah
datang. lidahpun kelu, bibir pun membisu, seluruh tubuh kaku dan membeku,
kenikmatan duniapun berlalu mohon ampunan sudah tak berlaku.
tiga bulan berlalu,
setelah kejadian itu aku semakin berusaha iklhas dengan kepergian ibu inin yang
sangat menghanta batinku karena rasa tak percaya, tetapi aku sadar bahwa maut
akan datang kapanpun dan kita tinggal menunggu kapan giliran kita selanjutnya,
besok adalah hari ke seratus
ibu inin meninggal, pagi itu aku sedikit ngantuk setelah bergadang mengerjakan
presentasi untuk hari ini, dengan pandangan kosong aku dan berusaha tetap focus
mengendarai motor, aku melihat pak enang tatang di depan ku, dia menggendarai
motor dengan membonceng seseorang, dia adalah seorang wanita yang sangat
cantik, dan tiba-tiba wanita dibelakangnya menoleh kehadapan ku, dia tersenyum
sangat manis dan penuh makna, dia melihatku sangat dalam, tatapan mata yang
selalu aku lihat itu sangat menyejukan ku, dan tak lupa akupun membalas
senyumannya, sangat lama dan tiba-tiba
“ teeeeeeet” suara
klakson di belakang motor ku membuyarkan lamunanku, ternyata sebuah motor
menyalibku dari belakang, aku pun segera menurunkan kecepatan motorku, dan
kembali focus dengan perjalanan itu dan ketika aku kembali melihat kedepan ,
aku tidak menemukan soso wanita dibelakang pak enang, aku hanya melihat pak
enang sendirian, tak memebonceng siapapun dan tiba-tiba aku teringat “
astaghfirullah alladzim, ibu inin kan udah meninggal, terus tadi siapa? tapi
tadi aku liat ibu inin” kataku dalam hati. aku benar-benar shock waktu itu,
karena dengan jelas aku melihat sosok ibu inin tersenyum padaku, setelah
beberapa lama aku sampai di sekolah, dengan perasaan masih kaget aku menceritakan
semua kejadian yang kualami tadi pada temanku, dan dia berkata “ yah mungkin
bisa saja yang kamu lihat tadi itu emang ibu, mungkin dia ingin menyampaikan
sesuatu hal padamu, bahwa dia sudah bahagia di sisi allah, dan tanda senyum dia
tadi untukmeyakinkan kalo ibu emang
sayang sama kamu, mungkin juga dia minta kamu selalu mengirim doa buat dia,
makanya jangan sampai putus doanya, terus doain ibu karena pasti allah akan
tetap mengabukan doa walaupun dia sudah meninggal” katanya kepadaku
yaah temanku itu memang
benar, setidaknya senyuman terakhir yang ku lihat itu bisa meyakinkanku bahwa
dia memang telah bahagia, berada ditempat mulia disisi allah swt.
tidak ada yang tahu
kapan dia akan mati, bisa saja orang yang sehat sekalipun akan mati ketika allah sudah menghendakinya kembali
kepangkuannya juga bisa saja orang yang sakit dia masih tetap akan hidup jika
allah masih menghendakinya hidup di dunia. maka sepatutnya kita tetap mengingat
allah kapanpun dan dimanapun kita berada,semoga kita semua menjadi hambanya
yang akan mati dengan khusnul khotimmah amien.
in memoriam almh. ibu inin
blognya bagus sekali isinya kak
BalasHapuszat aditif