Kamis, 25 April 2013

Dan Saat Terakhir itupun Tiba


Hari itu seperti biasa aku dan adik ku pergi ke sekolah dengan menggunakan motor, aku duduk didepan sebagai pengendaranya dan adiku di belakang sebagai penumpang. aku duduk di kelas 12 sedangkan adik ku duduk di kelas 11, memang tidak terlalu jauh perbedaan umur kita, maka dari itu terkadang  kita seperti sepasang teman yang selalu bersama, kemanapun bersama.
Karena hari ini adalah hari ketiga UTS , maka kita berangkat agak siang, waktu itu seperti biasanya kita melewati jalan yang sama, sudah hamper tiga tahun aku selalu melewati jalan ini, sudah tahu dimana letak polisi tidur,rentetan rumah disekitar jalan,  bahkan mungkin letak jalan bolong pun aku sudah hapal betul, karena saking seringnya aku pulang pergi melewati jalan ini.
Di sepanjang jalan yang aku lewati, ada satu rumah yang paling ku hapal peiliknya, yaah rumah itu adalah rumah guru ku, mereka adalah epasang suami istri yang mengajar disekolah, suaminya alias pak enang tatang, dia adalah guru seni rupa kelas 1sedangkan istrinya ibu inin dia adalah guru bahasa sunda kelas 1 juga, mereka satu-satunya pasang suami istri yang mengajar di sekolah ku, karena itu mereka selalu menjadi patokan aku kesiangan apa tidak, Karena kalo aku berpapasan dengan mereka di depan rumahnya berarti aku tidak kesiangan, tetapi kalau pintu gerbang rumah mereka sudah tertutup dan mereka sudah pergi menggunakan motor duluan, maka alamat telatlah  buatku.
Dan hari itu nampaknya aku masih sedikit lega, karena aku melihat dari jauh  pak enang tatang baru akan pergi menggunakan motor nya, tanpa ditemani sang istri yang memang sedang mengandung 7 bulan, yang katanya sedang cuti hamil, setelah pak enang tatang pergi lumayan agak jauh, aku menyusulnya dengan tidak lupa menyapa ibu inin yang masih berada diluar rumahnya setelah mengantar suaminya berangkat ke sekolah, seperti biasa aku mengklakson dia dan tersenyum lebar sambil menyapa
 “ ibuu selamat pagi…”  kata ku agak keras, tapi tak seperti biasanya dia tidak  menjawab sapaan ku dan malah melihatku seperti heran, bingung bahkan dia hanya melihatku tanpa reaksi apapun.
masih tergambar jelas, wajah ibu inin yang aku lihat untuk yang terakhir kalinya, dengan tatapan kosong penuh makna dia melihat ku sangat dalam, tanpa membalas senyuman ku sedikitpun, aku heran tidak seperti biasanya dia  melihatku seperti itu, akupun berlalu sampai sesekali melihat ke belakang kaca spion, dan nampaknya dia masih melihat ku sampai jauh dan sangat jauh.
sepanjang perjalanan aku dihantui rasa penasaran,” kenapa ibu inin tidak membalas senyumanku? mengapa dia menatapku seperti itu? apa salahku? apa aku ketahuan nyontek? atau mungkin tadi dia tidak sadar bahwa aku mengklaksn dia? atau mungkin dia marah karena klaksonku tadi terlalu berisik?” tapi semua pertanyaanku itu memang tak terjawab, aku mencoba menenangkan pikiranku dan bertanya pada adik ku yang ada dibelakang kemudi,
“ ay tadi ibu inin kok gak kayak biasanya, biasanya kan kalo dia ketemu kita suka nyapa atau enggak dadahdadah, tapi tadi boro-boro, malah liatin kita aja tanpa ekspresi yak an..”  kata ku heran
“eh iya ya sama, kirain aku aja yang bingung sendiri, emh atau mungkin namanya orang lagi hamil kan suka nggak control segalanya, kadang bisa baik banget kadang juga bisa marah atau sedih tiba-tiba” katanya sambil berfikir
“ oh iya sih bisa jadi “ jawab ku singkat. aku mencoba mengiyakan jawaban adik ku itu, setidaknya jawaban itu bisa sedikit menenagkan hatiku tanpa aku harus berfikir dia sedang marah atau yang lainnya.
karena hari ini uts, jadi pulang sekolah pun agak cepat. sekitar pukul 12.30 aku sudah berada di parkiran, tapi aku tak bisa pulang begitu saja, aku masih harus menunggu adik ku yang masih mengejakan soal uts, karena dia masih ada 1 jadwal uts lagi untuk hari ini. ditempat parkiran aku dan teman-temanku duduk sambil sesekali membahas soal uts matematika tadi. dan tiba-tiba seorang pria tinggi berbadan kurus lewat dihadapan kita dia berkata
“ kalian belum pada pulang”  katanya sambil melemparkan senyum khasnya
“ eh bapa, belum pak sebentar lagi heheh” jawab kami kompak
“ yaudah bapak duluan yaa”  dengan wajah yang ramah dan penuh kehangatan dia berlalu pergi meninggalkan kami,
 dia adalah bapak enang tatang, guru yang satu ini  memang sangat baik dan selalu Nampak akrab dengan semua orang, tiba-tiba aku teringat sesuatu, pak enang tatang adalah suami dari ibu inin, aku melihat dia tadi masih sama, masih tetap ramah, lalu mengapa tadi pagi ibu inin tidak ramah seperti biasanya padaku? ketika aku sedang berfikir tiba-tiba isan temanku membuyarkan lamunanku
“woy jangan ngelamun” katanya sambil menepuk punggungku
“heh apaan si loh, siapa yang ngelamun” jawab ku kesal karena dia mengaggetkan ku
“ sit hari ini kita jadi fitness Kan?” kata ihsan temanku sambil memakai helm
“okeh jadi san, tapi gue pulang dulu san, gue lupa gak bawa baju hehe”
“ heeh kebiasaan, awas jangan lama ya, kalo lama gue tinggal “
“ oke siaap, sekarang  gue balik dulu, ngambil baju , terus capcus deh..”
“ yaudah nanti gue sms lo, gue tunggu di tempat biasa “ jawabnya sambil pergi meninggalkan ku dan melaju dengan motor gedenya
sekitar pukul  13.30 aku pulang, karena adik ku sudah menyelesaikan semua jadwal uts nya hari ini. dengan melewati jalan yang sama aku kembali bertemu dengan rumah ibu inin, rumah itu Nampak sepi, semua jendela Nampak tertutup rapat, sepertinya penghuni rumah itu sedang tidak berada di tempat . aku berfikir mungkin ibu inin sedang menikmati cutinya, mungki dia ingin sejenak menghilang dari dunia kerjanya selama ini.
sekitar pukul 14.00 aku sudah berada di rumah, aku merebahkan badan ku dikasur, terasa nyaman dan sejuk, karena udara diluar sangat panas. aku melihat pesan di hp ku, ternyata dari ihsan “ sit jam 15.00 udah harus ada di tempat biasa, kalo enggak gue tinggal” lalu aku membalas sms nya “ oke siip”
Dengan perasaan yang masih capek akupun membereskan baju ganti lalu memasukan nya kedalam tas, aku sengaja memakai baju olahraga ku langsung dari rumah, agar nanti ketika di tempat fitnee aku tidak ribet memakai disana. setelah baju, air minum, dan handuk aku masukan ke dalam tas, akupun bergegas pergi dan berpamitan kepada ibuku
“ maah, aku fitness dulu yaa” jawabku sambil memakai sepatu
“ mau kemana lagi sih, kan baru juga nyampe , kok udah pergi lagi sih?” jawab ibuku sedikit marah
“ yah kan sekarang jadwal fitness mah, udah gak enak nih badan, liat tuh lemaknya banyak banget hehee”  jawabku membela diri
“ kamu kan lagi uts, libur dulu sehari bisa kan, nanti kalo udah beres baru fitness lagi” jawab ibuku
“ yah mamah…” belum sempat aku melanjutkan pembelaan ku tiba-tiba suara hp ku bergetar tanda ada yang menelpon disana, tanpa fikir panjang aku segera mengangkat telpon itu
  halo san, ya bentar gue berangkat sekarang, baru juga jam 14. 30 ah sabaaar yaa” kataku panjang lebar
“ halo sit, ini gue ninis bukan si ihsan” katanya sewot
“ eh ninis hehe sorry gue kira si ihsan, habisnya dia bawel ng.sms terus hehe”
“ yaudahlah gak penting, eh sit tau gak katanya ibu inin meninggal “ deg, perasaanku jadi tidak enak”
“ apa nis? ibu inin mana? jangan ngarang lo, pamali ngatain orang meninggal” jawabku sewot, aku semakin tidak enak hati
“ ih serius beneran gue, tadi si tera ng.sms katanya ibu inin meninggal tadi jam 14.00 di rumah sakit”
terdengar suara nisa disebrang sana bergetar dan sangat syok, dan aku kira kali ini nisa gak bohong
“ emang tera tau dari mana? gue tadi pagi liat ibu inin masih sehat aja kok, gak sakit atau apa,”
  si tera kan rumahnya deket bu inin, dia tau dari mamahnya ibu inin jatuh dari kamar mandi, mendingan sekarang lo cek kesana, rumah lo kan lumayan deket sma rumah bu inin, terus lo nanti kabarin gue ya” kata nisa panjang lebar
`           “ oke-oke kalo gitu gue kesana sekarang, nanti gue kabarin lo lagi” kataku sambil menutup telepon nisa,
waktu itu aku benar-benar kacaw, perasaan ku bemar-benar terombang ambing antar percaya atau tidak. tapi tadi pagi aku masih melihat dia sehat walafiat dan sekarang aku mendapat kabar bahwa dia sudah meninggal.
“ telpon dari siapa nti? kok kamu jadi sedih gitu?” kata ibuku
“ telpon dari ninis mah, katanya ibu inin meninggal dunia, padahal tadi pagi aku masih liat dia sehat-sehat aja kok”
“ inalillahi .. yang rumahnya di rancamaya itu?”
“ iya mah, makanya aku mau kesana sekarang mau mastiin kabar itu bener atau cumin gossip orang iseng”
“ yaudah hati-hati, kalo kabarnya gak bener cepet pulang yaa, jangan langsung fitness”
“iya mah”
“ the ibu inin katanya meninggal?” kata adik ku tak percaya, yang sedari tadi ternyata mendengar percakapan ku dengan ninis
  iya katanya sih, teteh juga gak tau, makanya sekarang mau mastiin kesana, mau ikut gak?”
“ ya udah liat aja dulu kesana, nanti kalo bener  aku nyusul, aku masih ngerjain lks buat besok. tapi semoga aja sih nggak bener”
“ yaudah mah aku berangkat ya, assalamualaikum” jawabku sambil pergi meninggalkan mamah
“ yah, hati-hati jangan ngebut” kata mamah ku sambil harap-harap cemas
di sepanjang  perjalan menuju rumah ibu inin, perasaan ku semakin tidak karuan, hatiku kacaw antara percaya atau tidak, tapi mana mungkin tera bohong, apalagi menyangkut sesuatu yang sangat serius seperti  kematian. tapi semoga saja dia salah dan awas saja kalo ternyata memang salah, aku akan melabrak dia nanti kataku dalam hati.
aku semakin mengencangkan laju motorku, aku ingin cepat sampai disana dan memastikan bahwa kabar itu bohong, serasa rumah ibu inin sangat jauh sekali,  padahal setiap hari aku melewati rumahnya mungkin waktu itu aku perasaanku sedang tak terkendali, jadi semua serba salah.
akhirnya aku tiba di dekat rumah ibu inin, alangkah terkejutnya aku ketika melihat gembok pisang di depan rumahnya dan sebuah bendera kuning berkibar pilu di sampingnya, terlihat banyak orang lalulalang keluar masuk rumah itu,  aku pun syok, lunglai,bingung,sedih dan semua bercampur menjadi satu. aku memarkirkan motorku di samping rumahnya. seakan masih belum percaya aku bertanya pada salah seorang warga disana.
“ pak itu ada yang meninggal siapa ya?” tanyaku penasaran
“ oh itu ibu inin neng, yang lagi mengandung. kenapa neng muridnya?”
“ innalillahiwainnailahi rojiun… iya saya muridnya pak” dengan air mata yang tak tertahan aku duduk di bawah motor ku dengan sangat lemas dan lemas sekali
“ yang sabar ya neng, tadi meninggalnya sekitar jam 14.00 di rumah sakit. katanya sih dia jatuh dari toilet sekitar jam 12.30 pas mau wudhu sholat dzuhur, terus dia  pendarahan, karena di rumahnya tidak ada siapa-siapa, dan anak-anaknya masih di sekolah jadi gak ada yang tau kalo dia pingsang di kamar mandi. dan baru ketahuan sekitar jam 13.00 sama anaknya yang laki-laki, terus anaknya bilang sama istri saya,langsung saja istri saya nelpon ambulans sama nelpon pak enang  yg masih  di sekolah terus  ibu dibawa ke rumah sakit, dan akhirnya meninggal di perjalanan ke rumah sakit” jawabnya panjang lebar dengan kata-kata yang masih terisak
 “ terus  bayi yang ada di kandungannya,apakah selamat?” tanyaku mencoba menegarkan hati
“ tidak neng, anak dan ibunya tidak bisa diselamatkan, keduanya meniggal dunia” jawabnya pilu
aku mencoba menegarkan perasaan ku sendiri, dengan tenaga yang masih ku miliki aku mencoba bangun dan masuk ke dalam rumah itu dengan di temani bapa tadi.  
aku menatap orang yang terbujur kaku dihadapan ku itu, dengan wajah yang bercahaya, dan senyum manis di bibirnya aku sedikit lega, dalam hatiku aku berkata “ Alhamdulillah dia sudah tenang disana” disebelah jenazah itu Nampak dua orang anak laki-laki dan perempuan yang masih kecil yang terus saja menangis memanggil ibunya, dan berharap dia akan bangun kembali, disebelah mereka seorang suami sekaligus ayah mencoba menenangkan mereka berdua, dengan sesekali memeluk nya dengan hangat, terlihat jelas kesedihan diwajahnya, tapi dia berusaha tegar dihadapan anak-anak nya. pak enang tatang yang selalu terlihat ceria kini seketika menjadi diam yang diselimuti duka mendalam atas kepergian orang yang sangat dicintainya itu.
“ maah mamah bangun maah, mamah jangan ninggalin kita berdua maah, nanti siapa yang mengurus kita kalo kalau bukan mamah, kenapa mamah ninggalin kita cepet banget, amamh kan belum liat hasil ulangan aku maah” tangisan seorang anak perempuan yang masih sangat kecil, dia merengek terus di samping jenazah ibunya yang terbujur kaku, yang sedari tadi tak bereaksi apapun.
“ mamah maafin aku maah, mamah bangun yaah, jangan ninggalin aku mah, aku janji aku gak bakalan nakal lagi, bakalan rajin ngaji ke madrasah, tapi mamah bangun ya maaah, ya allah biarin mamah hidup lebih lama lagi ya allah”  sang anak lelaki juga tak kalah tangisnya, anak lelaki yang masih berumur sekitar 8 tahun itu terus menangis sambil sesekali berdoa meminta kepada allah agar ibunya kembali hidup.
tetapi, kembali pak enang mencoba menenangkan anak-anaknya, memluk mereka dan mengusap air mata kedua anak kecil yang masih polo situ, melihat pak enang yang sangat tegar, akupun mencoba iklhlas dan tabah, aku mulai menghentikan tangisku dan mendekat disebelah kiri jenazah itu, aku berdoa “ ya allah yang maha pengasih dan penyayang, aku titipkan dia , ibu inin guruku, pahlawanku, hambamu yang  mulia, yang telah berjihad mempertahankan anak yang kau titipkan kepadanya, semoga dia saah satu orang yang beruntung karena dia meninggal dengan khusnul khotimmah, tempatkan lah dia di tempat yang paling mulia disisimu, dan diasemoga engkau senantiasa  mengampuni segala dosa yang dia lakukan selama hidupnya amien” aku berbisisk dengan sesekali mengusap air mataku yang tak henti mengalir.
tiba-tiba hp ku bunyi, dan aku segera pergi keluar. ternyata itu adalah sms dr ninis, akupun segera member tahu dia dan teman-teman yang lainnya bahwa ibu inin telah meninggal dunia. seketika itu juga berhamburan sms dan telpon yang masuk  menanyakan kronologi dan kebenaran berita itu.
ketika aku sedang berbicara dengan salah seorang guruku di telpon, ada seorang perempuan mendekatiku, aku tau dia tapi sedikit lupa, akupun membalas senyuman nya.
“ the siti…” dia menyapaku duluan
“ eh hey hehe, siapa ya lupa” tanyaku
“ aku mega teth, yang sering seangkot sama teteh, aku anak 11 garut juga” jawabnya ramah
“ oh iya inget, kamu udah disini dari kapan? kamu tau dari mana?” tanyaku penasaran
“ iya the aku dikasih tau mamah, kebetulan ibu ini sodara mamah juga, jadi pas tau ibu meninggal kita langsung kesini, teth sendiri tau dari siapa?”
“ aku tadi dikasih tau temen, awalnya gak percaya, terus aku dating langsung kesini buat mastiin semua” jawabku lirih
“iya the ya, gak nyangka aku juga, padahal waktu hari sabtu kemarin ibu masih ngajar dikelas aku, terus yang aku inget dia bilang
 “yang masih punya utang buku lks cepet bayar, udah mau uts, lagian  tukang bukunya udah nagih, nanti kalo ibu udah meninggal siapa yang mau bayar ke si tukang bukunya, kasian dong ibu nanti meninggal tapi punya hutang, yang namanya umurkan siapa yang tau “ katanya dengan nada yang semakin melemah
“ kata ibu inin ke kita, kayak udah firasat aja ya the. makanya aku gak nyangka banget pas dikasih tau, ibu juga orang nya baik banget ya teh” katanay menjelaskan
“ oiya kayak firasat aja yah, teteh juga gak nyangka banget, padahal tadi pagi jam 07.30  teteh masih liat dia segar bugar, masih cantik kayak biasa, disini ditempat ini.  cumin yang teteh jadi bingung tadi pagi itu ibu kok kayak yang beda gitu, gak kayak biasanya liatin teteh sampai ujung sana, pokoknya beda deh. ya semoga aja ini yang terbaik ya, semoga keluarganya tabah”
“ aku kasihan banget sama pak enang sama anaknya, mereka kayak kehilangan banget, apalagi anaknya kan pada masih kecil, nanti siapa yang ngurus mereka ya..”
“ kamu gak usah khawatir, ada allah, allah yang bakal ngurus anak yatim. dan insyaallah ibu juga meninggalnya dalam keadaan baik, dia jihad sebagai ibu yang meninggal karena mengandung anaknya,  jadi dia udah tenang dialam sana” jawabku yang mencoba menegarkan diri sendiri.
semakin sore, semakin banyak orang datang yang melayat ke rumah. Nampak beberapa orang guru yang juga teman almarhum. karena sudah semakin sore dan pelayat semakin banyak, akhirnya jenazah di bawa ke mesjid sekitar rumah untuk disolatkan bersama. dan ternyata pelayat semakin berdatangan, tidak hanya guru-guru, tetapi hamper semua murid dan teman-temanku datang untuk melayat, terlihat wajah yang sedih dan tak percaya dari meeka.
aku yang memakai setelah olahraga yang paling mencolok, tadinya aku akan pulang dulu, tapi teman-temanku melarangku dan tetap disana sampai nanti jenazah dimakamkan, dan rencananya jenazah akan dimakamakn setelah orang tua dan keluarga almarhum datang dari depok.
hari pun berubah menjadi malam dan orang yang melayat masih tetap berdatangan, setelah lama berdiam di dekat jenazah almarhum, akhirnya bapak enang menghampiri kami para murid dan guru-guru yang lainnya. dia mengucapkan permohonan maaf atas segala dosa dan kesalahan yang pernah dilakukan almarhum, dia juga mengucapkan terimakasih kepada semua yang telah melayat untuk mendoakan almarhum dan dia juga menceritakan kronologi meninggalnya almarhum dan terakhir dia menceritakan firasat nya tadi pagi “ sebenarnya tidak ada firasat apapun, semua baik-baik saja dan berlangsung seperti biasnya, tapi tadi pagi ketika sarapan, ibu hanya mengatakan bahwa dia bermimpi anak yang sedang di kandungnya berjenis kelamin laki-laki” katanya sambil  sesekali terisak.
karena hari sudah malam, dan mamahku sudah menyuruhku untuk pulang akhirnya akupun pulang. tetapi jenazah masih belum dikebumikan karena masih menunggu keluarga yang masih ada dalam perjalanan.
ketika di jalan aku melihat kuburan untuk bu inin, disana aku berfifkir
“kalo biasanya ketika masih hidup,  kita tidur enak dikasur, pake selimut, ada orangtua ada lampu yang menerangi kita. tapi ketika kita sudah mati nanti kita akan tidur sendiri,dibawah tanah yang sempit, dengan papan yang menghimpit tubuh kita, begitu gelap dan dingin”
ketika ajal telah datang menyerang, nyawa dicabut tubuhpun meregang maka janji allah telah datang. lidahpun kelu, bibir pun membisu, seluruh tubuh kaku dan membeku, kenikmatan duniapun berlalu mohon ampunan sudah tak berlaku.
tiga bulan berlalu, setelah kejadian itu aku semakin berusaha iklhas dengan kepergian ibu inin yang sangat menghanta batinku karena rasa tak percaya, tetapi aku sadar bahwa maut akan datang kapanpun dan kita tinggal menunggu kapan giliran kita selanjutnya,
besok adalah hari ke seratus ibu inin meninggal, pagi itu aku sedikit ngantuk setelah bergadang mengerjakan presentasi untuk hari ini, dengan pandangan kosong aku dan berusaha tetap focus mengendarai motor, aku melihat pak enang tatang di depan ku, dia menggendarai motor dengan membonceng seseorang, dia adalah seorang wanita yang sangat cantik, dan tiba-tiba wanita dibelakangnya menoleh kehadapan ku, dia tersenyum sangat manis dan penuh makna, dia melihatku sangat dalam, tatapan mata yang selalu aku lihat itu sangat menyejukan ku, dan tak lupa akupun membalas senyumannya, sangat lama dan tiba-tiba
“ teeeeeeet” suara klakson di belakang motor ku membuyarkan lamunanku, ternyata sebuah motor menyalibku dari belakang, aku pun segera menurunkan kecepatan motorku, dan kembali focus dengan perjalanan itu dan ketika aku kembali melihat kedepan , aku tidak menemukan soso wanita dibelakang pak enang, aku hanya melihat pak enang sendirian, tak memebonceng siapapun dan tiba-tiba aku teringat “ astaghfirullah alladzim, ibu inin kan udah meninggal, terus tadi siapa? tapi tadi aku liat ibu inin” kataku dalam hati. aku benar-benar shock waktu itu, karena dengan jelas aku melihat sosok ibu inin tersenyum padaku, setelah beberapa lama aku sampai di sekolah, dengan perasaan masih kaget aku menceritakan semua kejadian yang kualami tadi pada temanku, dan dia berkata “ yah mungkin bisa saja yang kamu lihat tadi itu emang ibu, mungkin dia ingin menyampaikan sesuatu hal padamu, bahwa dia sudah bahagia di sisi allah, dan tanda senyum dia tadi untukmeyakinkan  kalo ibu emang sayang sama kamu, mungkin juga dia minta kamu selalu mengirim doa buat dia, makanya jangan sampai putus doanya, terus doain ibu karena pasti allah akan tetap mengabukan doa walaupun dia sudah meninggal” katanya kepadaku
yaah temanku itu memang benar, setidaknya senyuman terakhir yang ku lihat itu bisa meyakinkanku bahwa dia memang telah bahagia, berada ditempat mulia disisi allah swt.
tidak ada yang tahu kapan dia akan mati, bisa saja orang yang sehat sekalipun akan mati  ketika allah sudah menghendakinya kembali kepangkuannya juga bisa saja orang yang sakit dia masih tetap akan hidup jika allah masih menghendakinya hidup di dunia. maka sepatutnya kita tetap mengingat allah kapanpun dan dimanapun kita berada,semoga kita semua menjadi hambanya yang akan mati dengan khusnul khotimmah amien.
in memoriam almh. ibu inin

1 komentar: